Pura Tanah Lot
Pura Tanah Lot
oleh oleh khas bali
Pura
Tanah Lot, Tabanan Bali
Bali mempunyai alam yang indah dan
menakjubkan, yang sering disebut-sebut sebagai paradise oleh wisatawan
mancanegara, ketika saya berkunjung ke Bali saya dan teman-teman mengunjungi beberapa objek wisata diantarnya
adalah Pura Tananh Lot, Dreamland, Garuda Wisnu Kencana, danau Beratan Bedugul,
Pantai Kuta. Dari sekian objek yang saya tuju kemarin ada yang menarik
perhatianku yaitu objek wisata Pura Tanah Lot yang terletak di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten
Tabanan. Pertama masuk ke gapura, saya merasa bingung, karena pemandangan
pertama yang saya lihat adalah banyak orang berjualan di kanan kiri jalan,
bukan pemandangan lautnya. Kalau ditempat tinggal saya pemandangan pantai itu
biasanya sudah kelihatan dari jarak jauh, usut demi usust ternyata di sana
lautnya berada di posisi bawah, sedangkan saya berada di atas. Dan itu yang
membedakan antara Tanah Lot dan laut Jepara. Di sana lautnya indah, ombaknya besar
dan tinggi, menurut BMKG Bali pada waktu itu ombaknya sedang tinggi, jadi tidak
boleh jauh-jauh dari bibir laut. Sebetulnya tidak boleh ke laut, karena sudah
ada larangan dari pengelola pariwisata tersebut. Akan tetapi banyak wisatawan
yang melanggar aturan tersebut, seperti saya dan teman-teman, karena menurut
kami itu merupakan suatu tantangan. Di sana juga ada dua pura yang terletak di
atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di
atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini merupakan
bagian dari pura Dang Kahyangan. Dari penjelasan guide Mbok Yanti Pura Tanah
Lot merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut.
Kata Tanah Lot terdiri dari kata “Tanah” yang diartikan sebagai batu karang, “Lot” atau “Lod” berarti laut. Jadi Tanah Lot dimaksudkan yaitu tanah yang ada di tengah laut. Pura Tanah Lot didirikan pada abad ke-15 oleh Pedanda (pendeta) Hindu bernama Bawu Rawuh atau Danghyang Nirartha yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Danhyang Niratha dalam perjalanannya untuk menyebarkan agama Hindu dari tanah Jawa pada abad ke-16. Sebelum memberikan petunjuk untuk mendirikan pura di tempat ini, beliau merasakan adanya getaran-getaran kesucian dan mendapatkan kesempurnaan bathin.
Menurut legenda, pura ini dibangun
oleh seorang brahmana
yang mengembara dari Jawa,
yaitu Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan
kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut
pada abad ke-16. Pada saat itu, penguasa Tanah Lot yang bernama Bendesa Beraben
merasa iri kepadanya karena para pengikutnya mulai pergi untuk mengikuti
Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben kemudian menyuruh Danghyang Nirartha
meninggalkan Tanah Lot. Danghyang Nirartha menyanggupi, tetapi sebelumnya ia
dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah
laut) dan membangun pura di sana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular
penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini
termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan,
warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular
cobra. Akhirnya disebutkan bahwa Bendesa Beraben menjadi pengikut Danghyang
Nirartha. Menurut masyarakat setempat ular tersebut sering disebut masyarakat
setempat sebagai ular suci. Waktu yang pas untuk melihat ular tersebut adalah saat malam hari, karena
ular tersebut adalah jenis ular laut, yang jenisnya berbeda dengan ular yang
berada di daratan, yang terkadang sering keluar pada siang hari.
Dari penjelasan yang say peroleh di
bawah dan di sebelah barat terdapat sumber air tawar yang merupakan air suci
bagi Umat Hindu. Mata air tawar dapat dilihat apabila air laut sedang surut.
Keberadaan mata air itulah yang menjadi salah satu pertimbangan ketika tempat
ini dipilih sebagai lokasi pura tersebut. Masyarakat setempat menyebut sebagai
air suci karena di tengah-tengah pantai dan di sekitar laut ada sumber mata air
tawar.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, bagi seorang wanita yang sedang
datang bulan/haid tidak diperbolehkan untuk masuk ke pura dalam keadaan badan
yang kotor (haid). Karena pura dianggap sebagai tempat yang suci bagi
masyarakat setempat. Bagi wisatawan domestic ataupun mancanegara tidak boleh masuk ke dalam pura. Kemarin ada
wisatwan dari mancanegara yang mencoba masuk ke dalam pura untuk mengambil
foto-foto yang berada di tengah-tengah sebelum laut. Penjaga setempat mencoba
mengasih kode supaya wisatawan tersebut supaya tidak memasuki pura tersebut, karena pura tersebut
hanya boleh dimasuki untuk beribadat.
Di sana juga banyak penjual cindera mata yang dapat dijadikan oleh-oleh mulai dari baju, pernak pernik, sandal, kain pantai, kerajinan, lukisan, patung dan lain-lain. Di sekitar situ juga terdapat kedai minuman dan makanan.
Di sana juga banyak penjual cindera mata yang dapat dijadikan oleh-oleh mulai dari baju, pernak pernik, sandal, kain pantai, kerajinan, lukisan, patung dan lain-lain. Di sekitar situ juga terdapat kedai minuman dan makanan.
Selain itu, tempat disekeliling pura
bagus, dan bersih. Apalagi untuk berfoto-foto, karena di sana baik wisatawan
domestic maupun mancanegara semuanya asik berfoto ria. Karena memang
pemandanganya yang bagus, dan nyaman, sedangkan tempat untuk berwisata ada di
atas tebing, jadinya bisa kelihatan semuanya. Ketika berada di atas tebing, butuh
kehati-hatian, karena tidak ada pagar atau tembok untuk memberi batasan.
Pesan : Sebenarnya Jepara juga
mempunyai potensi seperti Bali, alamnya juga tidak kalah indah, mempunyai
banyak laut dan pemandangan yang indah. Masyarakat yang berada di sekitar laut,
masih belum tergugah untuk menjaga
kebersihan laut, dan membuang sampah pada tempatnya. Selain itu masih kurangnya
perhatian dari pemerintah untuk meningkatkan pariwisata dan menjaga lingkungan,
jika Jepara di tata dengan apik, bersih dan rapi, pasti banyak wisatawan dari
domestic maupun mancanegara akan berkunjung ke Jepara.
Sumber : Wonderful Indonesia