Contoh Portofolio Geografi Tentang Sebaran flora dan fauna Indonesia, Sebaran barang tambang di Indonesia, Potensi geografis Indonesia,Dinamika dan masalah kependudukan
Contoh Portofolio Geografi Tentang Sebaran flora dan fauna Indonesia, Sebaran barang tambang di Indonesia, Potensi geografis Indonesia, Dinamika dan masalah kependudukan
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya,
sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan besar kita Nabi Agung
Muhammad SAW yang safaatnya kita nanti-nantikan kelak di yaumul qiyamah nanti.
Alhamdulilah tugas portofolio
ini dapat diselesaikan. Portofolio ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir
semester gasal.
Dan pada kesempatan ini izinkan saya untuk mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Agus Harmanto,S.Pd.yang telah membimbing kami pada pelajaran Geografi.
Apabila ada kekurangan dalam penulisan tugas ini, mohon kritik dan saran
yang membangun. Demikianlah kata
pengantar dari saya semoga tugas ini bermanfaat dan juga member
motivasi untuk para
pembaca.
Wassalamualaikum.wr.wb
Jepara, 15 Desember 2014
Penulis
Daftar Isi
Kata pengantar…………………………………………………………………………………1
Daftar isi………………………………………………………………………………………..2
Bab I Sebaran flora dan fauna
Indonesia………………………………………………………4
Pengertian hutan hujan tropis…………………………………………………………………..4
Karakteristik ekologi……………………………………………………………………………5
Penyebaran geografis…………………………………………………………………………...6
Keanekaragaman hayati………………………………………………………………………...6
BAB II Sebaran barang tambang di
Indonesia………………………………………………...7
Batu bara……………………………………………………………………………………….7
Pengertian batu bara…………………………………………………………………………....7
Pembentukan batu bara………………………………………………………………………...7
Klasifikasi batu bara……………………………………………………………………………8
Pemanfaatan batu bara………………………………………………………………………..10
Glasifikasi batu bara…………………………………………………………………………..10
BAB III Potensi geografis
Indonesia…………………………………………………………12
Energy laut…………………………………………………………………………………….12
Pemanfaatan energy laut………………………………………………………………………12
Energy ombak…………………………………………………………………………………12
Kelebihan energy laut…………………………………………………………………………15
Kekurangan energy laut……………………………………………………………………….15
BAB IV Dinamika dan masalah
kependudukan…………………………………………..….16
Kualitas penduduk………………………………………………………………………..….16
Factor yang memengaruhi kualitas penduduk……………………………………………….16
Permasalahan kualitas penduduk dan dampaknya
terhadap pembangunan…………………17
BAB I Sebaran flora dan fauna Indonesia
Hutan hujan tropika
Pengertian
hutan hujan tropis
Hutan hujan tropika
atau sering juga ditulis sebagai hutan hujan tropis adalah bioma berupa hutan yang selalu basah
atau lembap, yang dapat ditemui di wilayah sekitar khatulistiwa; yakni kurang
lebih pada lintang 0°–10° ke utara dan ke selatan garis khatulistiwa. Hutan-hutan ini didapati di
Asia, Australia,
Afrika,
Amerika
Selatan, Amerika Tengah, Meksiko
dan Kepulauan Pasifik. Dalam peristilahan bahasa
Inggris, formasi hutan ini dikenal
sebagai lowland equatorial evergreen rainforest, tropical lowland
evergreen rainforest, atau secara ringkas disebut tropical rainforest.
Hutan hujan tropika merupakan rumah untuk setengah
spesies flora dan fauna di seluruh dunia. Hutan hujan tropis juga dijuluki
sebagai "farmasi terbesar dunia" karena hampir 1/4 obat modern
berasal dari tumbuhan di hutan hujan ini.
Karakteristik ekologis
Persebaran
hutan hujan tropis di seluruh dunia
Hutan hujan tropika terbentuk di wilayah-wilayah
beriklim tropis,
dengan curah hujan tahunan minimum berkisar antara 1.750 millimetre
(69 in) dan 2.000 millimetre (79 in). Sedangkan rata-rata
temperatur bulanan berada di atas 18 °C (64 °F) di sepanjang tahun.
Hutan basah ini tumbuh di dataran rendah hingga
ketinggian sekitar 1.200 m dpl., di atas tanah-tanah yang subur atau relatif subur,
kering (tidak tergenang air dalam waktu lama), dan tidak memiliki musim kemarau
yang nyata (jumlah bulan kering < 2).
Hutan hujan tropika merupakan vegetasi
yang paling kaya, baik dalam arti jumlah jenis
makhluk hidup yang membentuknya, maupun dalam tingginya nilai sumberdaya lahan
(tanah,
air, cahaya matahari)
yang dimilikinya. Hutan dataran rendah ini didominasi oleh pepohonan besar yang
membentuk tajuk berlapis-lapis (layering), sekurang-kurangnya tinggi
tajuk teratas rata-rata adalah 45 m (paling tinggi dibandingkan rata-rata hutan
lainnya), rapat, dan hijau sepanjang tahun. Ada tiga lapisan tajuk atas di
hutan ini:
- Lapisan pohon-pohon yang lebih tinggi, muncul di sana-sini dan menonjol di atas atap tajuk (kanopi hutan) sehingga dikenal sebagai “sembulan” (emergent). Sembulan ini bisa sendiri-sendiri atau kadang-kadang menggerombol, namun tak banyak. Pohon-pohon tertinggi ini bisa memiliki batang bebas cabang lebih dari 30 m, dan dengan lingkar batang hingga 4,5 m.
- Lapisan kanopi hutan rata-rata, yang tingginya antara 24–36 m.
- Lapisan tajuk bawah, yang tidak selalu menyambung. Lapisan ini tersusun oleh pohon-pohon muda, pohon-pohon yang tertekan pertumbuhannya, atau jenis-jenis pohon yang tahan naungan.
Kanopi hutan banyak mendukung kehidupan lainnya,
semisal berbagai jenis epifit (termasuk anggrek), bromeliad, lumut, serta lumut kerak, yang hidup melekat di cabang dan
rerantingan. Tajuk atas ini demikian padat dan rapat, membawa konsekuensi bagi
kehidupan di lapis bawahnya. Tetumbuhan di lapis bawah umumnya terbatas
keberadaannya oleh sebab kurangnya cahaya matahari yang bisa mencapai lantai
hutan, sehingga orang dan hewan cukup leluasa berjalan di dasar hutan.
Ada dua lapisan tajuk lagi di aras lantai hutan,
yakni lapisan semak dan lapisan vegetasi penutup tanah. Lantai hutan sangat
kurang cahaya, sehingga hanya jenis-jenis tumbuhan yang toleran terhadap
naungan yang bertahan hidup di sini; di samping jenis-jenis pemanjat (liana) yang melilit batang
atau mengait cabang untuk mencapai atap tajuk. Akan tetapi kehidupan yang tidak
begitu memerlukan cahaya, seperti halnya aneka kapang dan
organisme pengurai (dekomposer) lainnya tumbuh berlimpah ruah. Dedaunan,
buah-buahan, ranting, dan bahkan batang kayu yang rebah, segera menjadi busuk
diuraikan oleh aneka organisme tadi. Pemakan semut raksasa juga
hidup di sini.
Pada saat-saat tertentu ketika tajuk tersibak atau
terbuka karena sesuatu sebab (pohon yang tumbang, misalnya), lantai hutan yang
kini kaya sinar matahari segera diinvasi oleh berbagai jenis terna, semak dan
anakan pohon; membentuk sejenis rimba yang rapat.
Penyebaran geografis
Hutan
hujan di tepian Amazon
Hutan hujan dataran rendah tropika ini ditemukan
baik di kawasan Malesia
maupun di Amerika tropis; namun kemungkinan tidak
terbentuk di Afrika.
Di luar wilayah Malesia, hutan-hutan ini di Asia didapati sedikit-sedikit di
sekitar Assam
dan Burma,
sepanjang jalur sempit di Ghats Barat (India), Kepulauan
Andaman, di perbatasan Thailand
dengan Kamboja,
di Cina
selatan, Hainan
dan Taiwan,
serta di Pasifik
di Kepulauan Melanesia
dan mungkin pula Mikronesia.
Keanekaragaman hayati
Hutan hujan ini adalah yang paling kaya
keanekaragaman hayatinya di antara jenis-jenis hutan lainnya. Di Sarawak
dan Brunei
saja diperkirakan terdapat antara 1.800–2.300 spesies pohon dengan diameter
batang ≥ 10 cm.
BAB
II Sebaran barang tambang di Indonesia
Batu
Bara
Pengertian Batu Bara
Batubara adalah bahan bakar fosil.
Batubara dapat terbakar, terbentuk dari endapan, batuan organik yang terutama
terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara terbentuk dari tumbuhan
yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh
kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga membentuk
lapisan batubara.
Pembentukan Batubara
Komposisi batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. Hal ini dapat dipahami, karena batubara terbentuk dari jaringan tumbuhan yang telah mengalami coalification. Pada dasarnya pembentukkan batubara sama dengan cara manusia membuat arang dari kayu, perbedaannya, arang kayu dapat dibuat sebagai hasil rekayasa dan inovasi manusia, selama jangka waktu yang pendek, sedang batubara terbentuk oleh proses alam, selama jangka waktu ratusan hingga ribuan tahun. Karena batubara terbentuk oleh proses alam, maka banyak parameter yang berpengaruh pada pembentukan batubara. Makin tinggi intensitas parameter yang berpengaruh makin tinggi mutu batubara yang terbentuk.
Pembentukan Batubara
Komposisi batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. Hal ini dapat dipahami, karena batubara terbentuk dari jaringan tumbuhan yang telah mengalami coalification. Pada dasarnya pembentukkan batubara sama dengan cara manusia membuat arang dari kayu, perbedaannya, arang kayu dapat dibuat sebagai hasil rekayasa dan inovasi manusia, selama jangka waktu yang pendek, sedang batubara terbentuk oleh proses alam, selama jangka waktu ratusan hingga ribuan tahun. Karena batubara terbentuk oleh proses alam, maka banyak parameter yang berpengaruh pada pembentukan batubara. Makin tinggi intensitas parameter yang berpengaruh makin tinggi mutu batubara yang terbentuk.
Ada dua teori yang menjelaskan terbentuknya batubara, yaitu teori insitu dan teori drift. Teori insitu menjelaskan, tempat dimana batubara terbentuk sama dengan tempat terjadinya coalification dan sama pula dengan tempat dimana tumbuhan tersebut berkembang.
Teori drift menjelaskan, bahwa endapan
batubara yang terdapat pada cekungan sedimen berasal dari tempat lain. Bahan
pembentuk batubara mengalami proses transportasi, sortasi dan terakumulasi pada
suatu cekungan sedimen. Perbedaan kualitas batubara dapat diketahui melalui
stratigrafi lapisan. Hal ini mudah dimengerti karena selama terjadi proses
transportasi yang berkaitan dengan kekuatan air, air yang besar akan
menghanyutkan pohon yang besar, sedangkan saat arus air mengecil akan
menghanyutkan bagian pohon yang lebih kecil (ranting dan daun). Penyebaran
batubara dengan teori drift memungkinkan, tergantung dari luasnya cekungan
sendimentasi.
Pada proses pembentukan batubara atau
coalification terjadi proses kimia dan fisika, yang kemudian akan mengubah
bahan dasar dari batubara yaitu selulosa menjadi lignit, subbitumina, bitumina
atau antrasit. Reaksi pembentukkannya dapat diperlihatkan sebagai berikut:
Klasifikasi
Batubara
Menurut American Society for Testing Material (ASTM), secara umum batubara digolongkan menjadi 4 berdasarkan kandungan unsur C dan H2O yaitu: anthracite, bituminous coal, sub bituminous coal, lignite dan peat (gambut).
a. Anthracite
Warna hitam, sangat mengkilat, kompak, kandungan karbon sangat tinggi, kandungan airnya sedikit, kandungan abu sangat sedikit, kandungan sulfur sangat sedikit.
b. Bituminous/subbituminous coal
Warna hitam mengkilat, kurang kompak, kandungan karbon relative tinggi, nilai kalor tinggi, kandungan air sedikit, kandungan abu sedikit, kandungan sulfur sedikit.
c. Lignite
Warna hitam, sangat rapuh, kandungan karbon sedikit, nilai kalor rendah, kandungan air tinggi, kandungan abu banyak, kandungan sulfur banyak.
Kualitas Batubara
Batubara yang diperoleh dari hasil penambangan mengandung bahan pengotor (impurities). Hal ini bisa terjadi ketika proses coalification ataupun pada proses penambangan yang dalam hal ini menggunakan alat-alat berat yang selalu bergelimang dengan tanah. Ada dua jenis pengotor yaitu:
Menurut American Society for Testing Material (ASTM), secara umum batubara digolongkan menjadi 4 berdasarkan kandungan unsur C dan H2O yaitu: anthracite, bituminous coal, sub bituminous coal, lignite dan peat (gambut).
a. Anthracite
Warna hitam, sangat mengkilat, kompak, kandungan karbon sangat tinggi, kandungan airnya sedikit, kandungan abu sangat sedikit, kandungan sulfur sangat sedikit.
b. Bituminous/subbituminous coal
Warna hitam mengkilat, kurang kompak, kandungan karbon relative tinggi, nilai kalor tinggi, kandungan air sedikit, kandungan abu sedikit, kandungan sulfur sedikit.
c. Lignite
Warna hitam, sangat rapuh, kandungan karbon sedikit, nilai kalor rendah, kandungan air tinggi, kandungan abu banyak, kandungan sulfur banyak.
Kualitas Batubara
Batubara yang diperoleh dari hasil penambangan mengandung bahan pengotor (impurities). Hal ini bisa terjadi ketika proses coalification ataupun pada proses penambangan yang dalam hal ini menggunakan alat-alat berat yang selalu bergelimang dengan tanah. Ada dua jenis pengotor yaitu:
a. Inherent
impurities
Merupakan pengotor bawaan yang terdapat dalam batubara. Batubara yang sudah dibakar memberikan sisa abu. Pengotor bawaan ini terjadi bersama-sama pada proses pembentukan batubara. Pengotor tersebut dapat berupa gybsum (CaSO42H2O), anhidrit (CaSO4), pirit (FeS2), silica (SiO2). Pengotor ini tidak mungkin dihilangkan sama sekali, tetapi dapat dikurangi dengan melakukan pembersihan.
b. Eksternal impurities
Merupakan pengotor yang berasal dari uar, timbul pada saat proses penambangan antara lain terbawanya tanah yang berasal dari lapisan penutup.
Sebagai bahan baku pembangkit energi yang dimanfaatkan industri, mutu batubara mempunyai peranan sangat penting dalam memilih peralatan yang akan dipergunakan dan pemeliharaan alat. Dalam menentukan kualitas batubara perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain:
a. Heating Value (HV) (calorific value/Nilai kalori)
Banyaknya jumlah kalori yang dihasilkan oleh batubara tiap satuan berat dinyatakan dalam kkal/kg. semakin tingi HV, makin lambat jalannya batubara yang diumpankan sebagai bahan bakar setiap jamnya, sehingga kecepatan umpan batubara perlu diperhatikan. Hal ini perlu diperhatikan agar panas yang ditimbulkan tidak melebihi panas yang diperlukan dalam proses industri.
b. Moisture Content (kandungan lengas).
Lengas batubara ditentukan oleh jumlah kandungan air yang terdapat dalam batubara. Kandungan air dalam batubara dapat berbentuk air internal (air senyawa/unsur), yaitu air yang terikat secara kimiawi.
Jenis air ini sulit dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan cara memperkecil ukuran butir batubara. Jenis air yang kedua adalah air eksternal, yaitu air yang menempel pada permukaan butir batubara. Batubara mempunyai sifat hidrofobik yaitu ketika batubara dikeringkan, maka batubara tersebut sulit menyerap air, sehingga tidak akan menambah jumlah air internal.
c. Ash content (kandungan abu)
Komposisi batubara bersifat heterogen, terdiri dari unsur organik dan senyawa anorgani, yang merupakan hasil rombakan batuan yang ada di sekitarnya, bercampur selama proses transportasi, sedimentasi dan proses pembatubaraan. Abu hasil dari pembakaran batubara ini, yang dikenal sebagai ash content. Abu ini merupakan kumpulan dari bahan-bahan pembentuk batubara yang tidak dapat terbaka atau yang dioksidasi oleh oksigen. Bahan sisa dalam bentuk padatan ini antara lain senyawa SiO2, Al2O3, TiO3, Mn3O4, CaO, Fe2O3, MgO, K2O, Na2O, P2O, SO3, dan oksida unsur lain.
Merupakan pengotor bawaan yang terdapat dalam batubara. Batubara yang sudah dibakar memberikan sisa abu. Pengotor bawaan ini terjadi bersama-sama pada proses pembentukan batubara. Pengotor tersebut dapat berupa gybsum (CaSO42H2O), anhidrit (CaSO4), pirit (FeS2), silica (SiO2). Pengotor ini tidak mungkin dihilangkan sama sekali, tetapi dapat dikurangi dengan melakukan pembersihan.
b. Eksternal impurities
Merupakan pengotor yang berasal dari uar, timbul pada saat proses penambangan antara lain terbawanya tanah yang berasal dari lapisan penutup.
Sebagai bahan baku pembangkit energi yang dimanfaatkan industri, mutu batubara mempunyai peranan sangat penting dalam memilih peralatan yang akan dipergunakan dan pemeliharaan alat. Dalam menentukan kualitas batubara perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain:
a. Heating Value (HV) (calorific value/Nilai kalori)
Banyaknya jumlah kalori yang dihasilkan oleh batubara tiap satuan berat dinyatakan dalam kkal/kg. semakin tingi HV, makin lambat jalannya batubara yang diumpankan sebagai bahan bakar setiap jamnya, sehingga kecepatan umpan batubara perlu diperhatikan. Hal ini perlu diperhatikan agar panas yang ditimbulkan tidak melebihi panas yang diperlukan dalam proses industri.
b. Moisture Content (kandungan lengas).
Lengas batubara ditentukan oleh jumlah kandungan air yang terdapat dalam batubara. Kandungan air dalam batubara dapat berbentuk air internal (air senyawa/unsur), yaitu air yang terikat secara kimiawi.
Jenis air ini sulit dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan cara memperkecil ukuran butir batubara. Jenis air yang kedua adalah air eksternal, yaitu air yang menempel pada permukaan butir batubara. Batubara mempunyai sifat hidrofobik yaitu ketika batubara dikeringkan, maka batubara tersebut sulit menyerap air, sehingga tidak akan menambah jumlah air internal.
c. Ash content (kandungan abu)
Komposisi batubara bersifat heterogen, terdiri dari unsur organik dan senyawa anorgani, yang merupakan hasil rombakan batuan yang ada di sekitarnya, bercampur selama proses transportasi, sedimentasi dan proses pembatubaraan. Abu hasil dari pembakaran batubara ini, yang dikenal sebagai ash content. Abu ini merupakan kumpulan dari bahan-bahan pembentuk batubara yang tidak dapat terbaka atau yang dioksidasi oleh oksigen. Bahan sisa dalam bentuk padatan ini antara lain senyawa SiO2, Al2O3, TiO3, Mn3O4, CaO, Fe2O3, MgO, K2O, Na2O, P2O, SO3, dan oksida unsur lain.
d. Sulfur
Content (Kandungan Sulfur)
Belerang yang terdapat dalam batubara dibedakan menjadi 2 yaitu dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Beleranga dalam bentuk anorganik dapat dijumpai dalam bentuk pirit (FeS2), markasit (FeS2), atau dalam bentuk sulfat. Mineral pirit dan makasit sangat umum terbentuk pada kondisi sedimentasi rawa (reduktif). Belerang organik terbentuk selama terjadinya proses coalification. Adanya kandungan sulfur, baik dalam bentuk organik maupun anorganik di atmosfer dipicu oleh keberadaan air hujan, mengakibatkan terbentuk air asam. Air asam ini dapat merusak bangunan, tumbuhan dan biota lainnya.
Pemanfaatan Batubara
Batubara merupakan sumber energi dari bahan alam yang tidak akan membusuk, tidak mudah terurai berbentuk padat. Oleh karenanya rekayasa pemanfaatan batubara ke bentuk lain perlu dilakukan.
Pemanfataan yang diketahui biasanya adalah sebagai sumber energi bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara, sebagai bahan bakar rumah tangga (pengganti minyak tanah) biasanya dibuat briket batubara, sebagai bahan bakar industri kecil; misalnya industri genteng/bata, industri keramik. Abu dari batubara juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar sintesis zeolit, bahan baku semen, penyetabil tanah yang lembek. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan, penimbun lahan bekas pertambangan,; recovery magnetit, cenosphere, dan karbon; bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori; bahan penggosok (polisher); filler aspal, plastik, dan kertas; pengganti dan bahan baku semen; aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization).
Belerang yang terdapat dalam batubara dibedakan menjadi 2 yaitu dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Beleranga dalam bentuk anorganik dapat dijumpai dalam bentuk pirit (FeS2), markasit (FeS2), atau dalam bentuk sulfat. Mineral pirit dan makasit sangat umum terbentuk pada kondisi sedimentasi rawa (reduktif). Belerang organik terbentuk selama terjadinya proses coalification. Adanya kandungan sulfur, baik dalam bentuk organik maupun anorganik di atmosfer dipicu oleh keberadaan air hujan, mengakibatkan terbentuk air asam. Air asam ini dapat merusak bangunan, tumbuhan dan biota lainnya.
Pemanfaatan Batubara
Batubara merupakan sumber energi dari bahan alam yang tidak akan membusuk, tidak mudah terurai berbentuk padat. Oleh karenanya rekayasa pemanfaatan batubara ke bentuk lain perlu dilakukan.
Pemanfataan yang diketahui biasanya adalah sebagai sumber energi bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara, sebagai bahan bakar rumah tangga (pengganti minyak tanah) biasanya dibuat briket batubara, sebagai bahan bakar industri kecil; misalnya industri genteng/bata, industri keramik. Abu dari batubara juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar sintesis zeolit, bahan baku semen, penyetabil tanah yang lembek. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan, penimbun lahan bekas pertambangan,; recovery magnetit, cenosphere, dan karbon; bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori; bahan penggosok (polisher); filler aspal, plastik, dan kertas; pengganti dan bahan baku semen; aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization).
Ada
beberapa faktor yang menadi alasan batubara digunakan sebagai sumber energi
alternatif, yaitu:
1. Cadangan batubara sangat banyak dan tersebar luas. Diperkirakan terdapat lebih dari 984 milyar ton cadangan batubara terbukti (proven coal reserves) di seluruh dunia yang tersebar di lebih dari 70 negara.
2. Negara-negara maju dan negara-negara berkembang terkemuka memiliki banyak cadangan batubara.
3. Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang stabil.
4. Harga batubara yang murah dibandingkan dengan minyak dan gas.
5. Batubara aman untuk ditransportasikan dan disimpan.
6. Batubara dapat ditumpuk di sekitar tambang, pembangkit listrik, atau lokasi sementara.
7. Teknologi pembangkit listrik tenaga uap batubara sudah teruji dan handal.
8. Kualitas batubara tidak banyak terpengaruh oleh cuaca maupun hujan.
9. Pengaruh pemanfaatan batubara terhadap perubahan lingkungan sudah dipahami dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih (clean coal technology) dapat dikembangkan dan diaplikasikan.
1. Cadangan batubara sangat banyak dan tersebar luas. Diperkirakan terdapat lebih dari 984 milyar ton cadangan batubara terbukti (proven coal reserves) di seluruh dunia yang tersebar di lebih dari 70 negara.
2. Negara-negara maju dan negara-negara berkembang terkemuka memiliki banyak cadangan batubara.
3. Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang stabil.
4. Harga batubara yang murah dibandingkan dengan minyak dan gas.
5. Batubara aman untuk ditransportasikan dan disimpan.
6. Batubara dapat ditumpuk di sekitar tambang, pembangkit listrik, atau lokasi sementara.
7. Teknologi pembangkit listrik tenaga uap batubara sudah teruji dan handal.
8. Kualitas batubara tidak banyak terpengaruh oleh cuaca maupun hujan.
9. Pengaruh pemanfaatan batubara terhadap perubahan lingkungan sudah dipahami dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih (clean coal technology) dapat dikembangkan dan diaplikasikan.
Glasifikasi Batubara
Gasifikasi batubara adalah sebuah proses untuk mengubah batubara padat menjadi gas batubara yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian gas-gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4), dan nitrogen (N2) akhirnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Hanya menggunakan udara dan uap air sebagai reacting gas kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi secara nyata mempunyai tingkat emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah.
Untuk melangsungkan gasifikasi
diperlukan suatu suatu reaktor. Reaktor tersebut dikenal dengan nama gasifier.
Ketika gasifikasi dilangsungkan, terjadi kontak antara bahan bakar dengan
medium penggasifikasi di dalam gasifier. Kontak antara bahan bakar dengan
medium tersebut menentukan jenis gasifier yang digunakan. Secara umum
pengontakan bahan bakar dengan medium penggasifikasinya pada gasifier dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu entrained bed, fluidized bed, dan fixed/moving bed.
BAB
III Potensi geografis Indonesia
Energi
Laut
Energi
yang berasal dari laut (ocean energy) dapat dikategorikan menjadi tiga macam:
1. energi ombak (wave energy),
2. energi pasang surut (tidal energy),
3. hasil konversi energi panas laut (ocean thermal energy conversion).
Kita akan membahas bentuk-bentuk energi tersebut satu persatu dan bagaimana cara pemanfaatannya untuk menghasilkan energi listrik. Sebagai catatan, energi angin juga terkadang dikategorikan sebagai salah satu bentuk energi yang berasal dari laut (pengecualian untuk artikel ini dimana energi angin tidak masuk dalam pembahasan).
1. energi ombak (wave energy),
2. energi pasang surut (tidal energy),
3. hasil konversi energi panas laut (ocean thermal energy conversion).
Kita akan membahas bentuk-bentuk energi tersebut satu persatu dan bagaimana cara pemanfaatannya untuk menghasilkan energi listrik. Sebagai catatan, energi angin juga terkadang dikategorikan sebagai salah satu bentuk energi yang berasal dari laut (pengecualian untuk artikel ini dimana energi angin tidak masuk dalam pembahasan).
Prinsip sederhana dari pemanfaatan ketiga bentuk energi itu adalah: memakai energi kinetik untuk memutar turbin yang selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik. Artikel kali ini ialah bagian dari 3 artikel yang membahas tentang energi yang dapat dimanfaatkan dari laut. Di bagian pertama trilogi artikel ini, energi ombak (wave energy) akan dibahas terlebih dahulu.
Energi ombak
Ombak dihasilkan oleh angin yang bertiup di permukaan laut. Sesungguhnya ombak merupakan sumber energi yang cukup besar, namun, untuk memanfaatkan energi yang terkandungnya tidaklah mudah; terlebih lagi mengubahnya menjadi listrik dalam jumlah yang memadai. Inilah sebabnya jumlah pembangkit listrik tenaga ombak yang ada di dunia sangat sedikit.
Salah satu metode yang efektif untuk memanfaatkan energi ombak adalah dengan membalik cara kerja alat pembuat ombak yang biasa terdapat di kolam renang. Pada kolam renang dengan ombak buatan, udara ditiupkan keluar masuk sebuah ruang di tepi kolam yang mendorong air sehingga bergoyang naik turun menjadi ombak.

Pada sebuah pembangkit listrik bertenaga ombak (PLTO), aliran masuk dan keluarnya ombak ke dalam ruangan khusus menyebabkan terdorongnya udara keluar dan masuk melalui sebuah saluran di atas ruang tersebut (Lihat gambar 1). Jika di ujung saluran diletakkan sebuah turbin,
maka
aliran udara yang keluar masuk tersebut akan memutar turbin yang menggerakkan
generator. Masalah dengan desain ini ialah aliran keluar masuk udara dapat
menimbulkan kebisingan, akan tetapi, karena aliran ombak pun sudah cukup bising
umumnya ini tidak menjadi masalah besar.
Setelah selesai dibangun, energi ombak dapat diperoleh secara gratis, tidak butuh bahan bakar, dan tidak pula menghasilkan limbah ataupun polusi. Namun tantangannya adalah bagaimana membangun alat yang mampu bertahan dalam kondisi cuaca buruk di laut yang terkadang sangat ganas, tetapi pada saat bersamaan mampu menghasilkan listrik dalam jumlah yang memadai dari ombak-ombak kecil (jika hanya dapat menghasilkan listrik ketika terjadi badai besar maka suplai listriknya kurang dapat diandalkan).
Beberapa perusahaan yang mengembangkan PLTO versi komersial sesuai dengan metode yang dijelaskan di atas antara lain: Wavegen dari Inggris, dengan prototipnya yang bernama LIMPET dengan kapasitas 500 kW di pantai barat Skotlandia, dan Energetech dari Australia yang sedang mengusahakan proposal proyek PLTO berkapasitas 2 MW di Rhode Island.
Selain metode yang telah dijelaskan, beberapa perusahaan & institusi lainnya mengembangkan metode yang berbeda untuk memanfaatkan ombak sebagai penghasil energi listrik:
• Ocean Power Delivery; perusahaan ini mendesain tabung-tabung yang sekilas terlihat seperti ular mengambang di permukaan laut (dengan sebutan Pelamis) sebagai penghasil listrik. Setiap tabung memiliki panjang sekitar 122 meter dan terbagi menjadi empat segmen. Setiap ombak yang melalui alat ini akan menyebabkan tabung silinder tersebut bergerak secara vertikal maupun lateral. Gerakan yang ditimbulkan akan mendorong piston diantara tiap sambungan segmen yang selanjutnya memompa cairan hidraulik bertekanan melalui sebuah motor untuk menggerakkan generator listrik. Supaya tidak ikut terbawa arus, setiap tabung ditahan di dasar laut menggunakan jangkar khusus.
• Renewable Energy Holdings; ide mereka untuk menghasilkan listrik dari tenaga ombak menggunakan peralatan yang dipasang di dasar laut dekat tepi pantai sedikit mirip dengan Pelamis. Prinsipnya menggunakan gerakan naik turun dari ombak untuk menggerakkan piston yang bergerak naik turun pula di dalam sebuah silinder. Gerakan dari piston tersebut selanjutnya digunakan untuk mendorong air laut guna memutar turbin.
• SRI International; konsepnya menggunakan sejenis plastik khusus bernama elastomer dielektrik yang bereaksi terhadap listrik. Ketika listrik dialirkan melalui elastomer tersebut, elastomer akan meregang dan terkompresi bergantian. Sebaliknya jika elastomer tersebut dikompresi atau diregangkan, maka energi listrik pun timbul. Berdasarkan konsep tersebut idenya ialah menghubungkan sebuah pelampung dengan elastomer yang terikat di dasar laut. Ketika pelampung diombang-ambingkan oleh ombak, maka regangan maupun tahanan yang dialami elastomer akan menghasilkan listrik.
• BioPower Systems; perusahaan inovatif ini mengembangkan sirip-ekor-ikan-hiu buatan dan rumput laut mekanik untuk menangkap energi dari ombak. Idenya bermula dari pemikiran sederhana bahwa sistem yang berfungsi paling baik di laut tentunya adalah sistem yang telah ada disana selama beribu-ribu tahun lamanya. Ketika arus ombak menggoyang sirip ekor mekanik dari samping ke samping sebuah kotak gir akan mengubah gerakan osilasi tersebut menjadi gerakan searah yang menggerakkan sebuah generator magnetik. Rumput laut mekaniknya pun bekerja dengan cara yang sama, yaitu dengan menangkap arus ombak di permukaan laut dan menggunakan generator yang serupa untuk merubah pergerakan laut menjadi listrik.
Setelah selesai dibangun, energi ombak dapat diperoleh secara gratis, tidak butuh bahan bakar, dan tidak pula menghasilkan limbah ataupun polusi. Namun tantangannya adalah bagaimana membangun alat yang mampu bertahan dalam kondisi cuaca buruk di laut yang terkadang sangat ganas, tetapi pada saat bersamaan mampu menghasilkan listrik dalam jumlah yang memadai dari ombak-ombak kecil (jika hanya dapat menghasilkan listrik ketika terjadi badai besar maka suplai listriknya kurang dapat diandalkan).
Beberapa perusahaan yang mengembangkan PLTO versi komersial sesuai dengan metode yang dijelaskan di atas antara lain: Wavegen dari Inggris, dengan prototipnya yang bernama LIMPET dengan kapasitas 500 kW di pantai barat Skotlandia, dan Energetech dari Australia yang sedang mengusahakan proposal proyek PLTO berkapasitas 2 MW di Rhode Island.
Selain metode yang telah dijelaskan, beberapa perusahaan & institusi lainnya mengembangkan metode yang berbeda untuk memanfaatkan ombak sebagai penghasil energi listrik:
• Ocean Power Delivery; perusahaan ini mendesain tabung-tabung yang sekilas terlihat seperti ular mengambang di permukaan laut (dengan sebutan Pelamis) sebagai penghasil listrik. Setiap tabung memiliki panjang sekitar 122 meter dan terbagi menjadi empat segmen. Setiap ombak yang melalui alat ini akan menyebabkan tabung silinder tersebut bergerak secara vertikal maupun lateral. Gerakan yang ditimbulkan akan mendorong piston diantara tiap sambungan segmen yang selanjutnya memompa cairan hidraulik bertekanan melalui sebuah motor untuk menggerakkan generator listrik. Supaya tidak ikut terbawa arus, setiap tabung ditahan di dasar laut menggunakan jangkar khusus.
• Renewable Energy Holdings; ide mereka untuk menghasilkan listrik dari tenaga ombak menggunakan peralatan yang dipasang di dasar laut dekat tepi pantai sedikit mirip dengan Pelamis. Prinsipnya menggunakan gerakan naik turun dari ombak untuk menggerakkan piston yang bergerak naik turun pula di dalam sebuah silinder. Gerakan dari piston tersebut selanjutnya digunakan untuk mendorong air laut guna memutar turbin.
• SRI International; konsepnya menggunakan sejenis plastik khusus bernama elastomer dielektrik yang bereaksi terhadap listrik. Ketika listrik dialirkan melalui elastomer tersebut, elastomer akan meregang dan terkompresi bergantian. Sebaliknya jika elastomer tersebut dikompresi atau diregangkan, maka energi listrik pun timbul. Berdasarkan konsep tersebut idenya ialah menghubungkan sebuah pelampung dengan elastomer yang terikat di dasar laut. Ketika pelampung diombang-ambingkan oleh ombak, maka regangan maupun tahanan yang dialami elastomer akan menghasilkan listrik.
• BioPower Systems; perusahaan inovatif ini mengembangkan sirip-ekor-ikan-hiu buatan dan rumput laut mekanik untuk menangkap energi dari ombak. Idenya bermula dari pemikiran sederhana bahwa sistem yang berfungsi paling baik di laut tentunya adalah sistem yang telah ada disana selama beribu-ribu tahun lamanya. Ketika arus ombak menggoyang sirip ekor mekanik dari samping ke samping sebuah kotak gir akan mengubah gerakan osilasi tersebut menjadi gerakan searah yang menggerakkan sebuah generator magnetik. Rumput laut mekaniknya pun bekerja dengan cara yang sama, yaitu dengan menangkap arus ombak di permukaan laut dan menggunakan generator yang serupa untuk merubah pergerakan laut menjadi listrik.
Gambar
2.
Berbagai Desain Inovatif dari Pembangkit Listrik Bertenaga Ombak.
Gambar
kiri (1): Pelamis Wave Energy Converters dari Ocean Power Delivery. Proyek
komersial pertama dengan kapasitas 2,25 MW telah dibangun di tengah laut 4,8 km
dari tepi pantai Portugal. Gambar tengah (2): rumput laut mekanik yang disebut
juga Biowave. Gambar kanan (3): sirip ekor ikan hiu buatan yang disebut
Biostream. Keduanya merupakan hasil ciptaan Prof. Tim Finnigan dari Departemen
Teknik Kelautan, University of Sydney. Picture credits: (1) popsci.com, (2)
& (3) Popular Science, April 2007.
Secara ringkas, kelebihan dan kekurangan pembangkit listrik berenergi ombak yaitu:
Kelebihan:
• Energi bisa diperoleh secara gratis.
• Tidak butuh bahan bakar.
• Tidak menghasilkan limbah.
• Mudah dioperasikan dan biaya perawatan rendah.
• Dapat menghasilkan energi dalam jumlah yang memadai.
Kekurangan:
• Bergantung pada ombak; kadang dapat energi, kadang pula tidak.
• Perlu menemukan lokasi yang sesuai dimana ombaknya kuat dan muncul secara konsisten.
Secara ringkas, kelebihan dan kekurangan pembangkit listrik berenergi ombak yaitu:
Kelebihan:
• Energi bisa diperoleh secara gratis.
• Tidak butuh bahan bakar.
• Tidak menghasilkan limbah.
• Mudah dioperasikan dan biaya perawatan rendah.
• Dapat menghasilkan energi dalam jumlah yang memadai.
Kekurangan:
• Bergantung pada ombak; kadang dapat energi, kadang pula tidak.
• Perlu menemukan lokasi yang sesuai dimana ombaknya kuat dan muncul secara konsisten.
BAB IV Dinamika dan
masalah kependudukan
Kualitas Penduduk
Kualitas
Penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan non fisik serta
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan dasar untuk mengembangkan
kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang berbudaya,
berkepribadian dan layak.
Kualitas
penduduk adalah tingkat/taraf kehidupan penduduk yang berkaitan dengan
kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan, seperti pangan, sandang, perumahan,
kesehatan, pendidikan.
Faktor
yang Memengaruhi Kualitas Penduduk
Kualitas penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh:
a. Tingkat pendidikan penduduk
Kualitas penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh:
a. Tingkat pendidikan penduduk
Pendidikan
merupakan modal dasar dalam mengembangkan kemampuan intelektual
seseorang. Melalui pendidikan seseorang akan mampu meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Hal ini diwujudkan dalam bentuk
kemampuan menyelesaikan berbagai permasalahan dengan mengembangkan
kreativitasnya.
b. Tingkat kesehatan penduduk
Kesehatan merupakan harta tak ternilai dan merupakan modal berharga bagi seseorang untuk memulai aktivitasnya. Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat kesehatannya.Ada pepatah mengatakan “men sana in corpore sano” yang terjemahan bebasnya mengandung makna bahwa dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
c. Tingkat kesejahteraan penduduk
Pencapaian
kesejahteraan merupakan arah cita-cita setiap manusia yang ditandai dengan
terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Masyarakat yang sejahtera
merupakan citacita pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Permasalahan
Kualitas Penduduk dan Dampaknya terhadap Pembangunan
Berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan kualitas penduduk dan dampaknya
terhadap pembangunan adalah sebagai berikut:
a. Masalah tingkat pendidikan
Keadaan
penduduk di negara-negara yang sedang berkembang tingkat pendidikannya relatif
lebih rendah dibandingkan penduduk di negara-negara maju, demikian juga dengan
tingkat pendidikan penduduk Indonesia.Rendahnya tingkat pendidikan penduduk
Indonesia disebabkan oleh:
1)
Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.
2) Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan penyediaan sarana pendidikan.
3) Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah.
2) Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan penyediaan sarana pendidikan.
3) Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah.
Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan adalah:
- Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli yang sangat diperlukan dalam pembangunan.
- Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan ketidakmampuan masyarakat merawat hasil pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat.
Kenyataan
seperti ini apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya pembangunan.
Oleh karena itu, pemerintah mengambil beberapa kebijakan yang dapat
meningkatkan mutu pendidikan masyarakat. Usaha-usaha tersebut di
antaranya:
- Pencanangan wajib belajar 9 tahun.
- Mengadakan proyek belajar jarak jauh seperti SMP Terbuka dan Universitas Terbuka.
- Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan (gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain).
- Meningkatkan mutu guru melalui penataran-penataran.
- Menyempurnakan kurikulum sesuai perkembangan zaman.
- Mencanangkan gerakan orang tua asuh.
- Memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi.
b. Masalah kesehatan
Tingkat kesehatan suatu negara umumnya dilihat dari besar kecilnya angka kematian, karena kematian erat kaitannya dengan kualitas kesehatan.
Kualitas kesehatan yang rendah umumnya disebabkan:
1) Kurangnya sarana dan pelayanan kesehatan.
2) Kurangnya air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
3) Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan.
4) Gizi yang rendah.
5) Penyakit menular.
6) Lingkungan yang tidak sehat (lingkungan kumuh).
Dampak
rendahnya tingkat kesehatan terhadap pembangunan adalah terhambatnya
pembangunan fisik karena perhatian tercurah pada perbaikan kesehatan yang lebih
utama karena menyangkut jiwa manusia. Selain itu, jika tingkat kesehatan
manusia sebagai objek dan subjek pembangunan rendah, maka dalam melakukan apa
pun khususnya pada saat bekerja, hasilnya pun akan tidak optimal.
Untuk menanggulangi masalah kesehatan ini, pemerintah mengambil beberapa tindakan untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat, sehingga dapat mendukung lancarnya pelaksanaan pembangunan. Upaya-upaya tersebut di antarnya:
Untuk menanggulangi masalah kesehatan ini, pemerintah mengambil beberapa tindakan untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat, sehingga dapat mendukung lancarnya pelaksanaan pembangunan. Upaya-upaya tersebut di antarnya:
- Mengadakan perbaikan gizi masyarakat.
- Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
- Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan.
- Membangun sarana-sarana kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, dan lain-lain.
- Mengadakan program pengadaan dan pengawasan obat dan makanan.
- Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan gizi dan kebersihan lingkungan.
c. Masalah tingkat penghasilan/pendapatan
Tingkat penghasilan/pendapatan suatu negara biasanya diukur dari pendapatan per kapita, yaitu jumlah pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu negara. Pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan nasional secara keseluruhan dibagi jumlah penduduk
Negara-negara
berkembang umumnya mempunyai pendapatan per kapita rendah, hal ini
disebabkan oleh:
1) Pendidikan masyarakat rendah, tidak banyak tenaga ahli, danlain-lain.
2) Jumlah penduduk banyak.
3) Besarnya angka ketergantungan.
Berdasarkan pendapatan per kapitanya, negara digolongkan
menjadi 3, yaitu:
1) Negara kaya, pendapatan per kapitanya > US$ 1.000.
2) Negara sedang, pendapatan per kapitanya = US$ 300 – 1.00.
3) Negara miskin, pendapatan per kapitanya < US$ 300.
Adapun dampak rendahnya tingkat pendapatan penduduk
terhadap pembangunan adalah:
1) Pendidikan masyarakat rendah, tidak banyak tenaga ahli, danlain-lain.
2) Jumlah penduduk banyak.
3) Besarnya angka ketergantungan.
Berdasarkan pendapatan per kapitanya, negara digolongkan
menjadi 3, yaitu:
1) Negara kaya, pendapatan per kapitanya > US$ 1.000.
2) Negara sedang, pendapatan per kapitanya = US$ 300 – 1.00.
3) Negara miskin, pendapatan per kapitanya < US$ 300.
Adapun dampak rendahnya tingkat pendapatan penduduk
terhadap pembangunan adalah:
- Rendahnya daya beli masyarakat menyebabkan pembangunan bidang ekonomi kurang berkembang baik.
- Tingkat kesejahteraan masyarakat rendah menyebabkan hasil pembangunan hanya banyak dinikmati kelompok masyarakat kelas sosial menengah ke atas.
Untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat (kesejahteraan masyarakat), sehingga dapat
mendukung lancarnya pelaksanaan pembangunan pemerintah melakukan upaya dalam
bentuk:
1) Menekan laju pertumbuhan penduduk.
2) Merangsang kemauan berwiraswasta.
1) Menekan laju pertumbuhan penduduk.
2) Merangsang kemauan berwiraswasta.
3)
Menggiatkan usaha kerajinan rumah tangga/industrialisasi.
4) Memperluas kesempatan kerja.
5) Meningkatkan GNP dengan cara meningkatkan barang dan jasa.
4) Memperluas kesempatan kerja.
5) Meningkatkan GNP dengan cara meningkatkan barang dan jasa.