Contoh Meneruskan Cerita Sebuah Cerpen
Contoh Meneruskan Cerita Sebuah Cerpen
Sudah
Dua Tahun
Pagi-pagi
dia sudah menyambutku dengan seikat mawar putih dan kuning. Dan kami
berpandangan. Sepasang mata yang sudah amat kukenal itu berbinar-binar, penuh
kasih. Aku tersipu-sipu. Jantungku berdegup kencang. Perasaan seperti ini
hampir tak pernah lagi kurasakan akhir-akhir ini, sejak aku mulai pacaran
dengannya dua tahun silam.
Yang pasti, ini bukan apa yang
disebut cinta pada pandangan yang pertama. Sebelum pacaran dengannya, aku sudah cukup baik mengenalnya, tanpa
perasaan istimewa sedikitpun. Karena, dia pun tidak istimewa. Mana ada cowok sastra
yang istimewa. Kalau tak aneh bak seniman tanggung, tentu agak feminin lah. Untunglah dia
termasuk kategori yang pertama. Tak apa-apalah.
Pada mulanya dulu, telingaku sering
mendengar gosip bahwa dia naksir aku. Ah, apa iya? Aku tak terlalu berminat
pada gosip semacam itu. Kalau saja aku masih muda seperti dulu ( aku sudah
merasa tua sekarang ), tentu sudah
kudatangi dia, dan “kusemprot” habis-habisan. Tapi . . . . Ah, harus ku
akui kalau aku lalu jadi mulai memperhatikannya. Paling tak, aku ingin tahu seperti apa lagi sih,orang yang
naksir padaku kali ini. Aha seorang lelaki muda, jangkung, agak kurus, dan
berambut ikal.
Setiap pulang kuliah, kami berdua
selalu pergi ke taman yang terletak di pinggir kota, mungkin karena tempatnya
yang nyaman, bersih dan suasananya yang tenang, yang selalu membuat kami ingin
mengunjunginya lagi dan lagi. Kami berdua selalu duduk di kursi yang menghadap
ke gedung perkantoran yang menjulang tinggi yang berada di tepi sungai. Disinilah
tempat yang bersejarah bagi kami, saat
pertama kalinya dia mengutarakan rasa cintanya kepadaku. Aku terkejut, dan rasanya
aku ingin terbang di udara seperti kupu-kupu yang terbang ke sana ke mari, dan
ingin bertanya apakah ini kenyataan atau hanya mimpi belaka. Selain untuk
mengenang peristiwa itu. Kami sering menulis hal-hal yang kami inginkan kelak
setelah lulus kuliah nanti. Namu sekarang suasana itu lenyap seketika bak daun
yang ditelan oleh bumi. Karena sekarang
dia sedang sakit leukemia yang sudah dideritanya
sejak tiga tahun silam, tetapi baru beberapa minggu yang lalu aku
mengetahuinya, karena dia selalu menyembunyikan penyakitnya itu dari ku.
Hidup ku sekarang sunyi tanpa adanya
keceriaan darinya, dia yang selalu menghibur ku ketika aku sedang dirundung
masalah yang bertubi-tubi, dan dia yang selalu membuat aku tersenyum ketika aku
sedang menangis. Sudah tiga hari ini aku
tidak berkomunikasi dengannya. Dan yang paling mengejutkannya lagi, dia akan
dibawa kedua orang tuanya pergi ke Singapura untuk menjalani pengobatan. Itu sangat membuat ku terpukul, karena aku
belum sempat menjenguknya karena kesibukan ku mengerjakan tugas kuliah yang
banyak dan cukup membuat aku kelelahan.
Detik demi detik, hari demi hari, tahun
demi tahun ku lalui sendirian tanpa kehadiran dia disampingku, dan kini genap
dua tahun aku ditinggalkannya. Waktu yang mempertemukan kami dan waktu juga
yang memisahkan kami, tetapi waktu juga yang akan menjawab semuanya, dan hari
ini waktu telah menjawab semua pertanyaan ku, tepat pada hari
pertama aku bertemu dengannya, dia kini sudah sembuh dari penyakitnya, dan dia
kini penampilannya juga berubah menjadi seorang laki-laki yang tinggi, rapi,
dan lebih berwibawa. Sungguh senangnya hati ku ketika sang pujaan hati sudah sembuh dan bisa bertemu
kembali.
Beberapa hari kemudian, tiba- tiba dia pergi ke rumah ku malam-malam bersama kedua
orang tuanya, rupanya usut demi usut dia ingin meminang ku. Dan selang beberapa
bulan kemudian pernikahan antara aku dan dia digelar, betapa bahagianya kami sekarang.